Indonesia memang tidak pernah kehabisan bakat bakat luar biasa dari cabang sepakbola, bahkan selalu melahirkan generasi generasi hebat. Jika P. Project selalu menganggap era Maladi sampai Ronny Pattinasarani adalah era terhebat sepakbola Indonesia, itu karena Indonesia masih dianggap macan asia. Tapi sejak era Kurniawan Dwi Yulianto sampai Irfan Bachdim sepakbola Indonesia justru jauh dari julukan itu.
Namun disaat sepakbola sudah menjadi tontonan kelas atas timnas justru minim prestasi, julukan Mr. Runner Up pun melekat pada tim garuda. Apa yang salah. ?
Kurniawan DY bahkan pernah bermain untuk klub Sampdoria di liga Italia meski statusnya pada saat itu hanyalah pemain primavera, nama Irfan Bachdim pun yang sempat menjadi idola di Piala AFF 2010 adalah keluaran salah satu sekolah sepakbola terbaik di dunia Ajax Amsterdam. Belum lagi nama nama seperti Bambang Pamungkas, Boaz Salossa sampe kiper terbaik Asia 2007 Markus Haris Maulana.
Penyebabnya adalah mental bermain, mereka bahkan kurang melakukan uji coba dengan tim tim besar, kedatangan timnas Uruguay dan Inter Milan belum cukup untuk menguji mental bertanding mereka. Lihat apa yang dilakukan oleh negara tetangga Malaysia. tim tim seperti Man. United, Arsenal dan Chelsea sudah merasakan rumput stadion Bukit Jalil. Terakhir Everton dan Galatasaray bahkan mengurungkan niatnya datang ke Indonesia meski Valencia tetap menyatakan akan datang.
Pengurus PSSI memang sudah harus mulai sadar atas kondisi sepakbola kita, sejak Sea Games 1991 di Manila, kita tidak pernah lagi melihat bendera merah putih berkibar gagah di stadion sebagai lambang juara sepakbola, tak apa apa bermimpi ingin tampil di Piala Dunia, tapi sebelum itu perbaiki dulu persepakbolaan kita sehingga secara bertahap kita bisa menjadi raja di Asia Tenggara, Asia atau bahkan dunia.
Mungkin jika mimpi dan cita cita itu terkabul suatu saat ini, bisa menjadi cerita indah buat anak cucu kita kelak kalau timnas Indonesia pernah tampil di Piala Dunia. Semoga.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar